Bahagian III
Ketiga nelayan itu berjalan menuju tangkahan, dimana perahu mereka di tambat. Dengan perlahan-lahan mereka mendorong perahunya dan mulailah mereka menaiki perahu itu.
Tak henti-hentinya mereka memandang kearah istana Huta Bayu. Mereka bertiga mulailah berangkat dengan hati yang teguh meninggalkan Huta Bayu, menuju ke hilir. Sepanjang jalan suara air kedengaran mendesah dipukul oleh pengayuh. Sambil berdendang perlahan, mereka terus berkayuh dan pantai Huta Bayu mulai hilang dari pandangan mata. Mereka merupakan tiga serangkai yang tidak dapat dipisahkan. Pergaulan mereka cukup akrab dan tidak mau berpisah antara satu dengan yang lainnya. Kebahagiaan yang mereka cita-citakan adalah kebahagiaan hidup bersama. Mereka berusaha untuk mengubah nasib dan membangun kehidupan yang baru sebagaimana mereka idam-idamkan. Kekompakan tiga serangkai ini ibarat istilah orang batak disebut " dalihan na tolu"
Didalam perjalanan, ketiga nelayan itu sambil melihat-lihat daerah mana yang cocok untuk menjadi tempat pemukiman mereka. Akhirnya mereka menetapkan suatu tempat yang mereka anggap cocok untuk tempat tinggal mereka bertiga. Perlahan-lahan perahu itu mulai merapat kedaratan. Si Haluan menambatkan perahu itu pada batang pohon aloban yang condong kesungai. Mereka pun naiklah kedarat dan melihat tempat yang akan dijadikan kampung halaman mereka itu sangat baik untuk bertanam padi. Sangkin gembiranya mereka bertiga menari-nari sambil menyanyikan lagu yang merupakan pemujaan terhadap pohon aloban condong itu. (Menurut kepercayaan mereka pada pohon aloban condong itu sangat besar penunggunya atau mambangnya).
Syair lagu aloban condong.
Aloban condong merah bungonyo
Daun ditarak timboku mandi
Kalo ku tau dari samulo
Tidaklah akan mengikat janji
Lopas pundi di halaman
Kusangko tidak babungo lagi
Sudah bajanji bajabat salam
Kusangko tidak barubah lagi
Ayam kurik kulabu sontang
Mati tatambat di limo manis
Awang mudik haripun potang
Bontang tikar tunduk manangis
Setelah mereka merasa letih, beristirahatlah mereka untuk mengisi perut yang kosong, si Haluan mendekati pohon aloban condong sambil berseru " hai aloban condong, engkaulah sebagai saksi kami, kami bertiga orang yang pertama di tempat ini. Daerah ini kami namakan " Pasombahan", kelak kalau sudah menjadi ramai, buktikanlah bahwa tidak akan ada orang yang kaya dan berkuasa di tempat ini, selain nelayan seperti kami"
Desa Persembahan terletak dekat hutan Nantalu tempat orang menebang kayu. Menurut para penebang kayu sampai sekarang daerah ini masih angker. Pada malam hari terdengar suara ramai sekali, tetapi orangnya tidak kelihatan. Suara yang ramai itu disebut bunyian, atau orang halus. Didalam hutan ini tidak boleh tapacah-pacah atau bicara yang tidak senonoh. Dan jika masuk kedalam hutan itu harus mengnucapkan " tabik datuk, anak cucu mau lewat" Barang siapa yang melanggar segala pantangan ini akan mendapat kesulitan di dalam hutan atau hilang tak tentu rimbanya.
Akhirnya mereka dengan giatnya membuka hutan di Pasombahan itu dan menanaminya dengan padi.Padi itu tumbuh subur sekali, mereka tidak menyangka akan mendapatkan hasil yang berlipat ganda. Semangat mereka hidup kembali karena tidak akan melarat lagi. Di waktu senggang mereka memancing ikan di sungai sebagai tambahan penghasilan mereka . Dimasa habis panen, mereka bukan main gembiranya dan menari-nari. Tarian itu sampai sekarang dikenal dengan nama "Tari patam-patam" (Padi ketam-padi ketam)
Tari ini sampai sekarang tetap dilakukan dalam suasan riang gembira, baik di desa pelosok-pelosok maupun kota. Biasanya dilakukan dalam rangka ; acara adat turun keladang, sehabis panen, pesta perkawinan pada waktu malam berinai, menyiar mambang dan menyambut pembesar yang datang, atau hari-hari besar kenegaraan.
Tari ini cukup diiringi dengan alat musik tradisional piul(biola), bangsi atau serunai, gendang dan tawak-tawak(gong) Kadang-kadang ada juga yang menambahkan dengan alat musik tradisonal lainnya seperti gambang yang terbuat dari kayu-kayu disusun dengan bunyi yang berbeda atau merupakan not.
Bertutur tentang kisah terciptanya lagu Didong, Aloban Condong, tari Gubang dan tari Patam-patam serta Peranan Pantun dalam adat istiadat perkawinan suku melayu Asahan.(Bagi yang berminat untuk mempelajari tari-tari melayu khususnya daerah melayu Asahan) atau untuk mengetahui legenda seperti yang dituturkan silahkan hubungi kami di..Jln.Sei Piasa no.6 A Kisaran Kabupaten Asahan ,Sumatera Utara-Indonesia